Ouran Host Club
Disclaimer : Bisco Hatori
Warning : Sho-ai, Gaje, typo(s),
dll.
.
.
.
Mengapa
ia bisa berada di sini?
Dari awal Kyoya memang tidak pernah menyukai
natsu matsuri.
Ia tidak suka suasananya yang ramai,
berdesak-desakan dengan orang-orang, suara ribut anak kecil, dan bahkan kehidupan larut malam
yang terasa seperti di siang hari. Namun, karena si bodoh itu, orang yang slalu
seenaknya saja, dan disinilah ia, berada di tengah-tengah stan-stan makanan di
kuil tempat diadakannya natsu matsuri. Jika bukan karena si
bodoh itu, ia tidak perlu repot-repot berusaha menahan dirinya untuk menelan
bulat-bulat orang itu.
“Kyoya!!! Cepatlah kemari! Berdiri dan diam
saja seperti itu malah akan membuat festival musim panas ini sia-sia!”
Kyoya mencibir, memangnya siapa yang ingin mendatangi festival menyebalkan seperti ini?
Kau saja yang selalu seenaknya saja Tamaki!
“Kyoya!!” ck! Sialan sekali si bodoh itu,
berteriak-teriak memanggil namanya, ditambah kedua tangannya yang
dilambai-lambaikan, ekspresi anak kecilnya keluar kembali. Apakah ia tidak malu
saat banyak orang yang melirik padanya?
Kyoya menghela napas pelan, membetulkan letak
kacamatanya, dan berjalan mendekati suara riang itu.
“Kyoya-senpai, kau terlihat tidak semangat.”
Kyoya menoleh, mendapati seorang gadis berambut pendenk dan beryukata sedang
memandangnya dengan penuh arti. Ia akui, gadis itu, jika berpenampilan seperti
ini, terlihat....manis.
“Aku baik-baik saja.” Ujar Kyoya datar, ia
tidak ingin image dinginnya
berantakan gara-gara ia tidak menyukai festival musim panas. Aneh, mungkin di
dunia ini hanya dirinya yang tidak menyukai festival musim panas, padahal semua
orang di Jepang begitu menunggu
menyambut natsu matsuri. Semua orang, kecuali dirinya.
“Tama-chan, kau bisa melakukannya dengan baik tidak?”
suara Honey-senpai membuyarkan lamunan Kyoya, dilihatnya ekspresi jengkel
Honey-senpai karena Tamaki gagal terus dalam permainan stan tembak, sehingga ia
tidak mendapatkan boneka usagi berukuran yang lebih besar dari tubuh mungil
Honey-senpai.
“Tenang saja Honey-senpai, aku pasti akan
mendapatkannya. Lihat ini!”
Meleset. Terlempar. Dan gagal.
“Hahahaha... Raja, mau menunggu sampai kau
mendapatkan jodoh pun, kau takkan pernah bisa menembaknya dengan benar!” kali
ini suara Hikaru yang mengejek,
“Diam kau Hikaru, akan kubuktikan kalau ketua
Host Club ini pasti bisa menembak tepat pada sasaran!” dengan tangan yang memegang senjata, dan
posisi menembaknya, Tamaki tidak menolehkan pandangannya sedikitpun pada
sasaran yang ditujunya. Setelah yakin tembakannya
tidak akan meleset, Tamaki menarik pelatuknya. Dan hasilnya? ......Nihil.......
“Raja! Kalau kau memang tidak bisa menembak,
lebih baik kau menyerah!” Kaoru melipatkan kedua lengannya di depan dada, dan
menatap Tamaki bosan. Sedangkan yang ditatap hanya tertawa tanpa dosa sambil
menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Naif!
Kau itu terlalu naif Tamaki! Bagaimana bisa kau menembaknya dengan tepat jika
posisi menembaknya saja kau masih salah! Ck! Sebenarnya kau itu bodoh atau
pura-pura bodoh sih?!
Tanpa Kyoya sadari, benar-benar tanpa
disadarinya, Kyoya melangkah mendekati Tamaki, mengambil senjata tembaknya dari
tangan Tamaki, dan memposisikan dirinya untuk menembak.
Trak!
Tepat sasaran.
“Yahooyyy!! Kyoya kau memang selalu hebat!
Bravo!” Kyoya mengangkat alisnya. Inilah Suoh Tamaki. Si bodoh yang selalu
seenaknya saja, dan dengan ringannya menyeret dirinya untuk mengkuti semua
kemauan bodohnya. Si bodoh yang selalu tersenyum dan tertawa meskipun hatinya
menangis. Si bodoh yang selalu memujinya, padahal ia tahu si bodoh itu selalu
kalah darinya dan tanpa merasa terkalahkan, dengan riangnya berteriak
‘bravo’. Dan si bodoh yang tidak
segan-segan mengeluarkan setiap ekspresinya. Bahkan si bodoh yang selalu
membuat hatinya tenang ketika mendengar ocehannya.
Eh? Tunggu! Apa katanya tadi? Membuat hatinya
tenang? Sejak kapan?
Sebenarnya, sudah lama Kyoya menyimpan
perasaan ini. Entah kapan dan mengapa perasaan ini bisa datang. Setiap ia
melihat Tamaki, maupun sisi cerianya, sisi saat sedihnya, sisi seenaknya, dan
sisi yang lainnya, Kyoya akui ia begitu menyukai dan menikmati semua itu. Ia
bahkan harus beruasaha keras agar tidak menampakkan senyum yang bukan termasuk
senyum sinisnya. Apakah itu berarti....ia menyukai Tamaki?
Hah! Yang benar saja! Mana mungkin ia menyukai
si bodoh itu! Itu pasti hanya jiwanya saja yang sedikit terguncang karena semua
tingkah idiot dan gila Tamaki. Kyoya hanya tidak tahu perasaan apa itu?
Atau....apa karena ia tidak ingin mengakuinya?
“Aku tahu apa yang kau pikirkan, Kyoya-senpai.”
Suara Haruhi kembali membuyarkan lamunan
Kyoya, ia menatap gadis itu tidak mengerti.
“Aku tidak tahu ini benar atau salah. Tapi,
dari apa yang kulihat, kau menyukai Tamaki-senpai kan?”
Hening.
“Aku tahu kau tidak akan megakuinya jika aku
berkata seperti ini. Tapi...”
Hening.
“Daripada menahannya seperti itu, lebih baik
kau keluarkan saja apa yang ada di dalam hatimu. ikuti saja apa kata hati senpai daripada
pikiran senpai. Maka senpai akan merasa lebih baik.”
Hening.
Kyoya menghela napas pelan. Berpikir sebentar.
Lalu membetulkan letak kacamatanya.
Itu bukan mimpi kan?
&&&
Si bodoh itu menghilang!
“Kaoru, apa kau
sudah menemukannya?”
“Belum
Kyoya-senpai, aku belum menemukan raja. Benar-benar, apa sih yang dipikirkan
raja?! Menghilang begitu saja!”
“Baiklah kalau
begitu, tetaplah mencari. Datangi setiap stan yang didatanginya tadi.
Baik....kabari lagi setelah kau menemukannya.”
Dengan memandang
sekeliling kuil, jemari Kyoya tidak berhenti mengontak setiap anggota Host
Club.
“Hikaru kau sudah
menemukannya? ....belum? baiklah kabari lagi jika kau menemukannya.”
“Honey-senpai,
Mori-senpai kalian sudah menemukannya?....Baiklah....kabari lagi jika kalian
telah menemukannya.”
“Haruhi, kau
bertemu dengannya?....Kabari aku jika kau sudah menemukan si bodoh itu...”
Kyoya menutup
handphone flap-nya dengan keras. Urgh! Apa yang sebenarnya di pikirkan si bodoh
itu?! Apakah ia gila? Sudah tahu si bodoh itu mudah tersesat di tempat yang
asing, bahkan handphonenya tidak aktif saat ini. Ya ampun! Di mana sebenarnya
Tamaki?! Bagaimna jika terjadi apa-apa pada Tamaki? Bagaimana jika ia tidak
akan menemukan Tamaki sampai esok hari tiba? Bagaimana jika..... astaga!
Bisa-bisa ia gila!!!
Ck! Benar-benar
merepotkan. Jika bukan karena Tamaki, Kyoya tidak akan berlari-lari seperti
ini, ia tidak akan kehabisan napas seperti ini, dan bahkan ia tidak akan merasa
khawatir seperti ini. Ada apa dengan dirinya ini?
Karena pikirannya
yang melantur kemana-mana, Kyoya tidak menyadari langkahnya kini menuju sebuah
hutan dekat kuil. Bagus! Sekarang malah dirinya yang tersesat! Namun, karena
dirinyalah yang ikut tersesat, kedua iris matanya menangkap sosok itu. Sosok
yang membuat hatinya benar-benar lega tanpa beban. Sosok itu berdiri di depan
sebuah pohon yang begitu besar, kepalanya mendongak ke atas, menatap
kunang-kunang yang berada di sekotarnya. Jika keadaannya tidak seperti ini,
Kyoya pasti akan mengagumi pamandangannya saat ini dan sosok si orang bodoh itu....
“Tamaki!!!”
Merasa namanya
dipanggil, kepala orang itu berputar cepat. Detik berikutnya, senyum tanpa
dosanya kembali keluar. Jika ia tidak bisa mengontrol diri, Kyoya pasti sudah
memeluk erat tubuh Tamaki, tanpa harus menjaga image dan statusnya saat ini.
“Kyoya, akhirnya
kau datang juga. Aku—“
“Apa...yang....sebenarnya...kau...pikirkan....bodoh!”
Tamaki terkejut
begitu mendengar nada suara Kyoya yang berbeda dari biasanya. Ia tahu, Kyoya
direndam emosi saat ini. Tamaki menatap kedua iris bola mata Kyoya yang
menatapnya tajam.
“Aku....aku....”
Tamaki menjadi salah tingkah, mengapa dengan dirinya ini? Mengapa lidahnya
terasa kelu?
Berusaha merendam
perasaan leganya, Kyoya menarik napas dalam-dalam.
Tarik....keluarkan...tarik...keluarkan....matanya tidak lepas dari dari Tamaki.
“Kau tahu, aku
hampir saja mati jantungan. Tiba-tiba saja kau menghilang entah kemana, apa kau
tahu kau ini sedang berada di mana? Handphone saja tidak aktif, yang lain
berlari kesana-kemari mencarimu! Lalu kau, dengan santainya bersenang-senang
dengan semua kunang-kunang ini!”
Begitu kata-kata
itu meluncur keluar dari mulut Kyoya, baik dirinya ataupun Tamaki terkejut
mendengarnya. Kyoya mencelos, apakah ia bermimpi? Apa yang diakatakannya tadi
mimpi kan? Ya ampun, katakan kalau dirinya ini sedang bermimpi!!
“Kyoya? Apakah itu
berarti kau mengkhawatirkanku?”
Baik, Kyoya memang
terkenal pintar. Tapi untuk pertanyaan ini, ia bingung harus menjawab apa.
“Aku...” sebelah
tangan Kyoya manggaruk tengkuknya, “Aku hanya...”
“Karena aku tahu
kau pasti akan datang.”
Sebelah alis Kyoya
terangkat, “Apa?” Tamaki tersenyum lebar, senyum yang selalu Kyoya sukai,
senyum yang bisa meringankan bebannya, dan senyum yang hanya ingin dimilikinya
seorang.
“Awalnya aku memang
panik karena tersesat. Kau tahu kan aku ini ceroboh, tapi....” Tamaki diam
sejenak, setelah berpikir dan menghilangkan keraguannya ia melanjutkan,
“Karena kau pasti
bisa menemukanku, maka aku tahu kau pasti akan datang.”
Kyoya membelalak.
Kenapa ini? Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Bahkan ia
serasa tidak bernapas. Matanya pun tidak bisa dialihkan kemana-mana selain si
bodoh di depannya ini. Untuk kali ini saja, Kyoya ingin bersikap egois.
Melupakan image, latar belakang, serta siapa dirinya ini. Kali ini saja biarkan
kedua tangannya akan memeluk erat Tamaki, kali ini saja biarkan ia meluapkan
semua perasaannya. Kali ini saja biarkan ia mengikuti apa kata hatinya.
Tep... Kyoya
mendekati Tamaki, hanya tinggal beberapa cm lagi dengan Tamaki. Tamaki pun
tidak berusaha menjauh atau menghindar. Kedua iris bola mata berwarna ungunya
tak berkedip sekali pun. Kyoya mengangkat kedua tangannya, mendekat....hanya
tinggal merengkuh tubuh Tamaki ke dalam pelukannya. Sedikit lagi....
“Tama-chan!
Kyo-chan!”
Kyoya menurunkan
tangannya.
“Raja! Akhirnya
ketemu juga!”
“Tamaki-senpai,
kami begitu lelah mencarimu. Ternyata kau disini bersama Kyoya-senpai.”
Kyoya menghembuskan
napas keras, menyapukan rambutnya dengan tangan dari depan ke belakang, lalu
membetulkan letak kacamatanya.
Kenapa waktu kita tidak pernah cocok?***
A/N:
Yahooyyy!!!! Minna bagi yg udah baca ini pasti tau ceritanya. Yup,
cerita ini aku ambil dari fanfic aku di fanfiction.net
Abis masih bingung bikin cerita nya jadi aku ambil cerita ini dulu. Hehehehe.
Semoga minna suka ya.